BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
.Sebagai Negara fasis-militerisme di Asia,jepang sangat
kuat,sehingga meresahkan kaum pergerakan
nasional di Indonesia.Dengan pecahnya perang dunia II Jepang terjun
dalam kancah peperangan itu. Disamping itu,terdapat dugaan bahwa suatu saat
akan terjadi peperangan di lautan pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu
analisis politik. Sedangkan sifat pergerakan politik bangsa Indonesia
dengan tegas menentang dan menolak bahwa fasisme sedang mengancam dari arah
utara. Sikap ini dinyatakan dengan jelas oleh gabungan politik Indonesia ( GAPI
) .
Angkatan perang jepang begitu kuat, sehingga Hindia Belanda yang
merupakan benteng kebanggaan Inggris di Asia Tenggara akhirnya jatuh ketangan
pasukan Jepang. Peperangan yang di lakukan oleh Jepang di Asia Tenggara dan di
lautan pasifik ini di beri nama perang Asia Timur Raya atau perang Pasifik.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia
adalah sebagai berikut: Diawali dengan menduduki tarakan (10 Januari 1942 ),
kemudian Minahasa,Sulawesi,Balik Papan,Ambon. Kemudian pada bulan pebruari 1942 pasukan Jepang
menduduki Pontianak,
Makasar, Banjarmasin,
Palembang,dan Bali.
Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan di Jawa dengan mendarat
di daerah Banten, Indramayu, kragan ( antara Rembang dan Tuban ) selanjutnya
menyerang pusat kekusaan Belanda di Batavia ( 5 Maret 1943 ), Bandung ( 8 maret
1942 ) dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada panglima bala
tentara Jepang Imamura di kalijati ( Subang,8 maret 1942 ). Dengan
demikian,seluruh wilayah Indonesia
menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang.
Dari peristiwa diatas, penulis mencoba melalukan penelitian mengenai
peninggalan – peninggalan jepang yang dapat ditemuan pada saat ini dan
melakukan penelitian dengan cara wawancara dengan romusha di daerah Bayah yang
sampai sekarang masih hidup dan dari mereka penulis mendapatkan sejarah yang
asli dari sumber sejarah yang hidup di daerah Bayah tepatnya Pulo manuk .
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahn – permasalahan yang
muncul yaitu sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan
Romusha ?
2.
Siapakah dan dari manakah Romusha itu ?
3.
Bagaimana cara terbentuknya
Romusha ?
4.
Apa sajakah peninggalan Romusha
yang berbentuk artefak di Bayah ?
5.
Bagaimanakah kehidupan romusha dibayah
daerah pulomanuk sekarang ?
1.3
Rumusan Masalah
Untuk mempermudah
penulis dalam melakukan penelitian dan memfokuskan pada hal yang menjadi
tujuan, maka penulis membatasi dan merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimanakah peninggalan – peninggalan sejarah pada jaman penjajahan
jepang yang dapat ditemukan sekarang di daerah Bayah?
2. Siapakah dan bagaimanakah kehidupan romusha yang ada di Bayah pada jaman
dulu dan sekarang?
1.4
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui peninggalan – peninggalan sejarah dan kehidupan Romusha yang ada di Bayah kabupaten
Lebak Banten Selatan.
1.5
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang
peninggalan sejarah dan Romusha di Bayah
2. Membantu masyarakat dalam memberikan pengetahuan tentang
peninggalan sejarah dan Romusha di Bayaah
3. Memberikan gambaran kehidupan romusha di
Bayah pada jaman dulu dan sekarang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penjajah Jepang di
Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada
masa pemerintahan jepang.Menurut UUD No.1(7 Maret 1942),Pembesar tentara Nippon memegang kekuasaan militer dan segala kekuasaan
yang dulu di pegang oleh gubernur jenderal (pada masa kekuasaan Belanda).
Dalam pelaksanaan system
pemerintahan ini,kekuasaan atas wilayah Indonesia di pegang oleh dua
angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (kaigun) .
masing-masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan.Dalam hal ini Indonesia di
bagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu:
a.
Daerah jawa dan Madura dengan
pusatnya Batavia
berada dibawah kekuasaan Rikugun.
b.
Daerah sumatera dan semenanjung
tanah melayu dengan pusatnya singapura berda di bawah kekuasaan Rikugun.Daerah
sumatera di pisahkan pada tahun 1943,tapi masih berada di bawah kekuasaan
Rikugun.
c.
Daerah
Kalimantan,sulawesi,nusatenggara,maluku,irian berada di bawah kekuasaan kaigun.
2.2. Organisasi Bentukan
Jepang
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia maka di bentuklah
organisasi resmi seperti gerakan Titga A, Putera dan PETA. Gerakan tiga A
gerakan ini disebut dengan gerakan tiga A karena somboyannya adalah Nippon pelindung asia, Nippon cahaya asia, Nippon pemimpin asia.
Pada tahun 1943 geakan tiga A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat tenaga rakyat (Putera) organisasi ini di bentuk pada tahun
1943 di bawah pimpinan “Empat Serangkai”, yaitu Bung Karno,Bung Hatta, Ki Hajar
Dewantara, kiyai Haji Mas Mansyur.
Pembela tanah air (PETA). PETA merupakan sebuah organisasi bentukan
jepang dengan keanggotaannya terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia.Dalam
organisasi PETA ini para pemuda bangsa Indonesia dididik atau mendapatkan
latihan kemiliteran dari pasukan jepang
2.3
Dampak Pendudukan Jepang Bagi
Bangsa Indonesia
Bidang politik sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia,
organisasi-organisasi politik tidak dapat berkembang lagi. Bahkan pemeritah
pendudukan jepang menghapuskan segala bentuk kegiatan organisasi-organisasi,
baik yang bersifat politik maupun yang bersifat social, ekonomi, dan agama.
Organisasi itu di hapuskan dan diganti dengan organisasi buatan Jepang sehingga
kehidupan politik pada masa itu diatur oleh pemerintah Jepang, walaupun masih
terdapat beberapa organisasi politik yang terus berjuang menentang pendudukan
Jepang di Indonesia.
Bidang ekonomi pendudukan
bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialism, tidak jauh
berebeda dengan negara-negara imperialisme lainnya.Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia
berlatar belakang mawsalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah sebagai
penghasil bahan mentah dan bahan baku
untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari tempat pemasaran hasil-hasil
industrinya sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya
dipegang oleh penerintah Jepang.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan
di Bayah dan Pulo manuk laksanakan dari
tanggal 16 Mei sampai19 April 2010 yang
meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan data di lapangan dan penyusunan
dalam bentuk laporan karya tulis.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data-data hasil penelitian dengan beberapa cara.
1.
Eksperimen
yaitu peneliti mendapatkan informasi lansung melihat data yang berbentuk
peninggalan sejarah (Artefak)
2. Wawancara langsung dengan Romusha dan
masyarakat sekitar kampung Romusha
3.
Studi
Pustaka, ialah mencari dan mengumpulkan sumber-sumber termasuk teori-teori yang
berkaitan dengan peneltian ini.
3.3. Pembahasan
3.3.1 Pengertian Romusha.
Romusha dapat diartikan sebagai:
ü Buruh kerja
ü Serdadu kerja
ü Kuli/ tenaga kerja
ü Tenaga kerja paksa
ü Praurit pekerja
ü Seorang pekerja yang melakukan sebagai buruh kasar
Usia romusha paling muda 11-13 tahun dan paling tua 30 tahun, Jepang
masuk ke Indonesia pada tahun 1942 , dengan menyamar sebagai orang – orang yang
akan membantu Indonesia untuk bebas dari penjajahan Hindia – Belanda dan
berjanji akan membantu Indonesia untuk segera merdeka. Namun ternyata Jepang
masuk ke Indonesia
untuk menguasai wilayah Indonesia
yang kaya dengan SDA , karena Indonesia
adalah negara yang sangat kaya khususnya batu bara untuk penindustrian Jepang.
Kemudian setelah Jepang menguasai Indonesia , mereka membentuk
pekerja paksa yang disebut dengan Romusha
. Romusha adalah panggilan bagi orang – orang yang dipekerjakan secara
paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 – 1945 .
Kebanyakan romusha adalah petani , pada tahun 1943 pihak Jepang mewajibkan para
petani menjadi romusha . Sebagian besar romusha berasal dari pulau Jawa
khususnya Jawa Tengan dan Jawa Timur , karena pulau Jawa merupakan pulau yang
banyak penduduknya .
Jepang membawa romusha ke daerah Bayah dengan cara memaksa . Para
Romusha itu dibawa dengan menggunakan mobil sam, mata dengan keadaan tertutup,
Jepang menganggap dengan cara ini para romusha yang berasal dari pulau Jawa
tersebut tidak mengenali jalan yang mereka lewati. Jepang mulai membuka tutup
matanya setelah romusha sampai ke Bayah, para romusha yang dikirim ke Bayah akan
dipekerjakan untuk menggali batu bara, dan juga untuk pembuatan rel Kereta Api
dan Jembatan. Jepang menjanjikan para Romusha dipekerjakan hanya selama 100
hari, jika sudah 100 hari maka mereka mereka akan dikembalikan ke daerah masing
– masing. Namun itu hanya bualan belaka, para Romusha dipekerjakan selamanya di
Bayah tersebut.
Menurut Mbah Yatin bin
Mentokaryo, salah satu Romusha yang masih hidup. Bahwa pada tanggal 6
Agustus 1942 berangkat ke Banten, di alun – alun Purwerejo, tiap tiga bulan
kembali ke kampung masing–masing, jumlah romusha 2421 ( yang berangkat ). Dan
masing–masing dibagi lokasi pekerjaan. Dalam satu bedeng terdiri dari empat
mandor. Setiap pagi parar romusha mengambil 15 kayu untuk dinding lobang,
kemudian masuk lobang untuk mengambil batu bara. Kemudian masuk gunung ambil
arang. Dalam bekerja 6 bulan tidak digaji dan tidak ada jaminan. Ada yang jadi petani
garam, kerja nyangkul, perkebunan, jualan kayu bakar, dan lain– ain. Dan pada
tahun 1948 ada serangan Belanda di Rangkasbitung.
3.3.2 Peninggalan – Peninggalan Sejarah (Artefak)
a. Artefak pertama
Dari penelitian ini kami menemukan beberapa artefak yang dibangun
oleh para Romusha pada zaman pemerintahan Jepang, diantaranya yang pertama
yaitu Rel Kereta Api dengan jurusan Bayah – Saketi di Cisaweuy. Rel Kereta Api
ini dibangun pada tahun 1942 – 1943, dan sampai sekarang usianya yaitu 67
tahun. Namun bekas bangunannya masih terlihat sangat kuat dan masih kokoh,
padahal pembangunannya tidak menggunakan bata maupun bahan–bahan bangunan
lainnya, melainkan yang digunakannya yaitu batu–batu dari dasar laut, sehingga
bangunannya sampai sekarang masih kokoh.
Gambar 1.Rel
kereta Api peninggalan Romusha
Diatas merupakan jalur Kereta yang pertama yang berada di
Cisaweuy,di bangunan tersebut tampak ada dua lubangan dibawahnya, hal ini
dimaksudkan supaya dapat menahan arus air, karena pembangunannya berada di atas
air sungai.
Setelah di identifikasi ( diraba dan dilihat ) struktur jembatan ini
berbeda dengan jembatan yang sekarang. Hal ini, membuktikan bahwa pembangunan
jembatan ini lebih menitik beratkan kepada fungsinya.
b. Artefak ke-dua
Pada artefak yang kedua kami juga menemukan bangunan terusan yang
pertama yaitu terusan jalur Rel Kereta Api, bangunannya hampir sama namun yang
membedakan dibangunan artefak yang kedua ini ada sebuah jembatan yang sangat
kuat, pembangunannya pun sama dengan pembangunan yang pertama yaitu dengan
menggunakan batu – batuan dari dasar laut.
Gambar artefak yang kedua
Gambar
2.Jembatan Peninggalan Romuha
Dari gambar artefak tersebut, terlihat bahwa jembatan tersebut
berada diatas aliran air sungai dan diatasnya adalah lautan. Namun jembatan
yang merupakan jalur terusan dari artefak pertama ini untuk tujuan Bayah –
Saketi terlihat tidak tersambung lagi, ini diakibatkan karena usia
pembangunannya yang sudah sangat lama.
c. Artefak ke-tiga
Pada artefak yang ketiga tepatnya di Cihara terdapat sasiun Rel
kereta api yang merupakan pusat dari artefak pertama dan kedua, disana terdapat
dua jalur Rel kereta yang ukurannya sama besar, disana juga terdapat sumur yang
berfungsi sebagai sumber air minum kereta, kira-kira ukuran diameternya 2,5m,
dan dalamnya 1,5m.
Di bawah ini terdapat gambar Rel kereta api dan sumur air minum
kereta.
Gambar 3.Bekas Stasiun Rel Kereta Gambar 4.Double Track Rel Kereta
Disana tampak bangunanya sudah tidak berbentuk, ini diakibatkan
karena tidak adanya pemeliharaan dari pemerintah maupun masyarakat setempat.
Gambar
5.Sumur Air Minum Kereta Api
Disana tidak tampak seperti sumur pada umumnya. Sumur ini dijadikan
sebagai air minum kereta karena didalam rel kereta api terdapat ketel yang bila
dipanaskan akan mengandng uap yang akan menggerakan turmin, sehingga kereta
baru bisa jalan.
Dan kami juga menemukan sebuah tugu yang disebut dengan tugu
romusha. Yang di bawahnya terdapat mayat-mayat romusha pada jaman pemerintahan
Jepang yang dibangun pada tahun 1946.
d.Tugu Romusha
Gambar
6.Tugu Romusha
Fungsi tugu romusha yaitu sebagai berikut:
1.
Peringatan terhadap peran
Romusha di Bayah.
2.
Peringatan terhadap pemakaman
para romusha
3.
Tempat dziarah bagi keluarga
Romusha
e. Romusha di Pulau Manuk.
Terbentuknya kampung pulau manuk diakibatkan karena para romusha yang
tidak bisa kembali pulang ke kampumgnya maka mereka diberikan kebijakan oleh
pemerintah untuk mengisi dan menjadikan kampung pulau manuk menjadi kampung
romusha.
Menurut ibu karsiem, putri dari bapak Dul kadir zailani yang
merupakan nara
sumber romusha yang sangat terkenal “Dulu pulau manuk dibuka oleh orang sunda
teeapi tidak bisa, selain oleh orang jawa dan akhirnya orang sunda numpang ke
orang jawa”
Bahasa yang digunakan yaitu bahasa sunda, jawa, ngapak, dan melayu.
Dan keseniannya berupa ketoprak, dan kuda lumping yang di mainkan oleh orang
solo (jateng).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Simpulan
Romusha adalah panggilan bagi orang – orang yang dipekerjakan secara
paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 – 1945 .
Kebanyakan romusha adalah petani , pada tahun 1943 pihak Jepang mewajibkan para
petani menjadi romusha . Sebagian besar romusha berasal dari pulau Jawa
khususnya Jawa Tengan dan Jawa Timur , karena pulau Jawa merupakan pulau yang
banyak penduduknya .
Jepang membawa romusha ke daerah Bayah dengan cara memaksa . Para
Romusha itu dibawa dengan menggunakan mobil.
Mata dengan keadaan tertutup, Jepang menganggap dengan cara ini para
romusha yang berasal dari pulau Jawa tersebut tidak mengenali jalan yang mereka
lewati. Jepang mulai membuka tutup matanya setelah romusha sampai ke Bayah,
para romusha yang dikirim ke Bayah akan dipekerjakan untuk menggali batu bara,
dan juga untuk pembuatan rel Kereta Api dan Jembatan. Jepang menjanjikan para
Romusha dipekerjakan hanya selama 100 hari, jika sudah 100 hari maka mereka
mereka akan dikembalikan ke daerah masing – masing. Namun itu hanya bualan
belaka, para Romusha dipekerjakan selamanya di Bayah tersebut. Dan sampai
sekarang masih ada romusha di Bayah mereka sudah berkeluarga bahkan sebagian
sudah meninggal. Kehidupan mereka pun sederhana, ada dari mereka yang mencari
nafkah dari perkebunan karet di Bayah.
4.2 Saran
Banyak
ditemukannya peninggalan – peninggalan sejarah ( Artefak) sampai saat ini. Oleh
karena itu, sebaiknya artefak –artefak itu kita pelihara sebagai media
pembelajaran otentik dari sejarah.
Romusha di Bayah
memberikan gambaran kehidupan dulu pada jaman jepang di Bayah, sampai saat ini
Romusha masih ada di Bayah. Ini membuktikan bahwa pada jaman dulu itu ada
kejadian yang dilakukan jepang kepada orang – orang Indonesia, dengan masih
adanya Romusha di Bayah yang hidup dengan kesederhanaan dapat dijadikan nara
sumber sejarah yang asli.
DAFTAR PUSTAKA
Marwati D, Nugroho N. 1993.Sejaraah Nasionaal Indonesia. Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Balai Pustaka. Yogyakarta
Pemerintah Kabupaten
Lebak.2008. Panduan Penelitian Bagi
Remaja. Dinas Pemuda dan Olahraga. DKI Jakarta
Pemerintah Propinsi DKI
Jakarta .2003. Panduan Pembinaan dan
Lomba Penelitian Karya Imiah Remaja SMP/MTs/SMA/MA. Lebak
LAMPIRAN
0 komentar:
Posting Komentar